BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Masing-masing
individu lahir kedunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti, bahwa
karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/pemindahan dari
cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tuanya. Di samping itu individu
tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik,
psikologis maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang
kompleks merupakan hasil interaksi dari hederitas dan lingkunga. Agar kita
mengerti dan mengontrol perkembangan tingkah laku manusia, kita hendaknya
mengetahui hakikat dan peranan masing-masing (hereditas dan lingkungan).
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Pengertian
hederitas dan lingkungan
2.
Pengaruh
hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan
3. Pengaruh
hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan
4. Kontribusi
yang saling berhubungan dari hereditas dan lingkungan
5. Pandangan
aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
6. Persamaan
dan perbedaan aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi dengan pandangan
islam
C.
TUJUAN
Memberi
wawasan tentang konsep hereditas dan lingkungan , serta pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
pengertian
hereditas dan lingkungan
Hereditas
dapat di artikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik
individu dari pihak orang tuanya. Menurut Witherington, hereditas adalah suatu
proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui
plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh.
Orang
sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah
alam sekitar diluar diri manusia/individu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup
segalah materil dan stimuli didalam dan diluar individu, baik yang bersifat
fisiologis,psikologis, maupun sosial kultural.[1]
B. Pengaruh
hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan
1.
Penemuan
dari Abbot Gregor mandel (1867)
Setiap hasil
pengamatan oleh Mendel dianalisis dengan menghasilkan kesimpulan yang terkenal
dengan sebutan “Hukum Mendel”. Hukum Mendel ini dilaporkan dalam sebuah paper
pada tahun 1865 yang kemudian diterbitkan tahun 1866. Hukum Mendel terdiri atas
tiga item, masing-masing berbunyi sebagai berikut :
a. Sifat-sifat warisan/turunan dihasilkan oleh apa yang
disebut Mendel “elements” atau “factors” yang diteruskan dengan
tidak berubah dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
b. Dalam masing-masing individu, elemen-elemen atau
faktor-faktor itu berbentuk pasangan-pasangan, di mana dalam satu pasangan dua
elemennya mempunyai pengaruh yang berbeda, salah satu elemen mendominasi elemen
lainnya sehingga dapat dikatakan, bahwa elemen yang satu adalah “dominant”
dan elemen yang lain “recessive”.
c. Ketika benih-benih terbentuk di dalam individu, para
anggota masing-masing pasangan elemen memisahkan diri dari pasangan-pasangan
lainnya sehingga membentuk pasangan baru di mana satu dari dua elemen yang
berpasangan berasal dari masing-masing induk (orang tuanya), dan ini diturunkan
kepada keturunan/anak cucunya.[2]
2. Penemuan T.H. Morgan (1907).
Setiap
kromosom organisme mengandung banyak gen. Dua gen atau lebih yang terdapat pada
satu kromosom disebut tertaut gen (gen linked). Peristiwa terbentuknya gen
tertaut ini disebut tautan atau pautan. Gen-gen yang tertaut tersebut
rnempunyai dua sifat beda dan terletak pada kromosom yang sama. Selain itu,
gen-gen ini tidak dapat memisahkan diri secara bebas, terutama pada gen-gen
yang letaknya berdekatan, mereka cenderung memisah secara bersama-sama.
Teori ini dikembangkan oleh Morgan dan Sutton pada tanaman ercis bunga ungu pollen lonjong (PPLL) yang disilangkan dengan bunga merah pollen bulat (ppll). Hasil temuannya pada F1 adalah bunga ungu pollen lonjong (PpLl). Adapun hasil temuan pada F2 ternyata dihasilkan rasio fenotip : ungu : merah = 3 : 1. Berikut ini contoh persilangan tanaman ercis yang memiliki tautan gen.[3]
Teori ini dikembangkan oleh Morgan dan Sutton pada tanaman ercis bunga ungu pollen lonjong (PPLL) yang disilangkan dengan bunga merah pollen bulat (ppll). Hasil temuannya pada F1 adalah bunga ungu pollen lonjong (PpLl). Adapun hasil temuan pada F2 ternyata dihasilkan rasio fenotip : ungu : merah = 3 : 1. Berikut ini contoh persilangan tanaman ercis yang memiliki tautan gen.[3]
3.
Proses
hereditas dalam pertumbuhan
Beberapa
hal yang dapat disimpulkan dari proses hereditas adalah sebagai berikut :
a.
Sifat-sifat
pribadi manusia pada umumnya tergantung pada pengaruh kombinasi-kombinasi
“genes”
b.
Sel-sel
benih dari masing-masing orang tua( ayah dan ibu berisikan bermacam-macam
kombinasi “genes” sebagai akibat dari adanya pembiakan sel-sel.
c.
Sel-sel
dari ayah dan dari ibu bertemu dan beriteraksi menghasilkan organisme baru yang
membentuk berbagai macam kombinasi “genes” pada anak keturunannya.[4]
4.
Pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan
Tingkah
laku manusia dapat diaadakan, terdiri atas empat macam:
a.
Insting
(aktifitas yang hanya menuruti kodrat dan tidak melalui belajar)
b.
Habits
(kebiasaan yang dihasilkan dari latihan atau aktivitas yang berulang ulang)
c.
Native
behavior (tingkah laku pembawaan, mengikuti mekanisme hereditas)
d.
Aqcuired
behavior (tingkah laku yang didapat sebagai hasil belajar).
C.
Pengaruh
hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan
a.
Pewarisan
sifat genius
Pewarisan
genius menurut Francis Galton adalah merupakan pewarisan dari hereditas. Hal
ini dia peroleh dari hasil penelitian yang dilakukannya terhadap beberapa
keluarga. Para psikolog pun akhirnya tidak setuju, menurut mereka Galton lalai
dalam melakukan penelitian. Psikolog itu adalah A. de Candolle, dia berpendapat
bahwa yang mempengaruhi adalah factor lingkungan bukan hereditas. Hal ini didukung
oleh Henry H. Goddard (1912) yang telah membuktikan pendapat dari Candolle.
Pertumbuhan
mental adalah hal yang perlu diteliti karena sangat mempengaruhi pada individu.
Seorang ilmuwan yang sudah melakukan penelitian yaitu Winthrop N. Kellogg. Dia
melakukan penelitian terhadap anak yang berusia 10 bulan dan anak simpanse yang
berumur 7,5 bulan. Setelah melakukan penelitian yang cukup lama, Kellog telah
menemukan jawabannya. Perkembangan mental simpanse dengan manusia ternyata
lebih cepat pada masa itu. Lalu dalam perkembangan selanjutnya simpanse
mengalami penurunan berganti yang anak manusia lebih cepat berkembang. Hal ini
membuktikan bahwa adanya pengaruh hereditas terhadap perkembangan individu
dalam setiap kehidupannya.[5]
b.
Penelitihan
tentang pertumbuhan anak kembar
Ada dua
macam anak kembar, masing-masing yaitu :
1.
Fratemal
twins ; yaitu saudara kembar yang tumbuh dari sel-sel telur yang berbeda.
2.
Indentical
twins ; yaitu saudara kembar yang tumbuhsatu sel telur saja.[6]
Penelitian
yang dilakukan terhadap anak kembar. Hal ini telah dilakukan oleh seorang
ilmuwan yang bernama Edward L. Thorndike. Dia melakukan penelitian terhadap
anak kembar sebanyak 50 pasang anak. Setelah diadakannya penelitian itu
ternyata dapat disimpulkan bahwa nilai yang didapat hampir sama. Tes juga
diberikan kepada anak yang tidak kembar juga, dan ternyata hasilnya lebih baik
yang ada dalam kembar. Hal ini membuktikan bahwa hereditas sangatlah
mempengaruhi pertumbuhan kemampuan si anak dalam pembelajarannya. Penelitian
ini juga dilakukan oleh Wingfield Holzinger dan Mc. Nemar hasilnya pun sama
dengan yang didapat oleh Edward.[7]
D.
Kontribusi
yang saling berhubungan dari hereditas dan lingkungan
1.
Dalam
bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik,
Sumbangan
hereditas : tinggi , bentuk, kerangka, dan struktur badan disebabkan oleh
pertumbuhan potensi potensi atau sifat-sifat dalam gen.
Sumbangan
lingkungan : segenap pengaruh hereditas itu dapat di ganggu olehlingkungan yang
abnormal. Terlebih lebih kesehatan jasmaniyah dan kehidupan itu sendiri tergantung
pada baik-tidaknya pemeliharaan.
2.
Dalam
bidang pertumbuhan dan perkembangan mental.
Sumbangan
hereditas : bukti-bukti menunjukkan, bahwa anak-anak yang lahir dengan
berbagai kapasitas mental, dengan
berbagai potensi musik, melukis, menyanyi, menukang, berpidato dan sebagainya,
dalam batas-batas tertentu adalah tumbuh dan berkembang secara genetis.
Sumbangan
lingkungan : lingkungan-lingkungan yang baik dibutuhkan untuk mengembangkan
kapasitas mental pada taraf-taraf yang diharapkan.
3.
Dalam
bidang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian
Sumbangan
hereditas : manusia dilahirkan dengan struktur sistem jasmaniah seperti saraf,
kelenjar-kelenjar, dan organ-organ yang semua itu menentukan stabilitas emosi serta membedakan
kapasitas mental.
Sumbangan
lingkungan : sudah jelas jika ada anak-anak yang tinggal dalam lingkungan yang
bersi dan sehat, yang dalam keluarganya itu penuh kasih sayang dan ramah tamah,
maka besar kemungkinan anak itu tumbuh dan berkembang dengan mental dan emosi
yang baik.
4.
Dalam
hal sikap-sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.
Sumbangan
hereditas : posisi dan pandangan hidup sangat banyak tergantung pada
kapasitas-kapasitas pribadi yang dalam batas tertentu adala diwariskan.
Sumbangan
lingkungan : sikap-sikap, keyakinan, nilai-nilai itu kebanyakan berkembang dari
kultur dimana mereka dilahirkan. Yang kemudian sangat dipengaruhi oleh ego,
pribadi dan belajar. Karena itu ,lingkungan ikut membentuk sikap-sikap,
keyakinan, dan nilai-nilai pada individu.[8]
E.
Pandangan
aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
1. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.[9]
2. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
3. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.[10]
F.
Persamaan
dan perbedaan aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi dengan pandangan
islam
Al-Qur’an
sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar
telah memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme,
empirisme dan konvergensi. Dalam hal ini, al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan
seorang anak (peserta didik) sejah lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini
adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut
al-Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat
menerima pengaruh dari luar (lingkungan). Untuk mengembangkan fitrah ini, maka
pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting peranannya.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Hereditas
dapat di artikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik
individu dari pihak orang tuanya. Menurut Witherington, hereditas adalah suatu
proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui
plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh.
Orang
sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah
alam sekitar diluar diri manusia/individu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup
segalah materil dan stimuli didalam dan diluar individu, baik yang bersifat
fisiologis,psikologis, maupun sosial kultural.
Al-Qur’an
sebagai acuan dasar pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar
telah memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme,
empirisme dan konvergensi. Dalam hal ini, al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan
seorang anak (peserta didik) sejah lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah
dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut al-Qur’an di
samping dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima
pengaruh dari luar (lingkungan). Untuk mengembangkan fitrah ini, maka
pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting peranannya
2.
Saran
Dalam
hal ini kami meminta masukan berupa kritik dan saran dari para pembaca untuk
menjadikan makalah ini lebih sempurna lagi, dan harapan kami makalah ini
bermanfaat bagi penambambahan wawasan kita dalam dunia pendidikan agama islam
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Shalahuddin , mahmud. 1990.
Pengantar psikologi pendidikan, surabaya
Soemanto, wasty. 2006. Psikologi
pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA
http://biomansmaitnh.blogspot.com/2011/08/hereditas-bag-6.html
[1] Wasty
soemanto, psikologi pendidikan hal 82-84
[2] Ibid.
[3] .
http://biomansmaitnh.blogspot.com/2011/08/hereditas-bag-6.html
[4] Wasty
soemanto, psikologi pendidikan ,hal89
[5] http://supendikok.blog.com/2011/06/25/hereditas-dan-lingkungan/
[6][6]
Wasty soemanto, pesikologi pendidikan
[7] . http://supendikok.blog.com/2011/06/25/hereditas-dan-lingkungan/
[8] .wasty
soemanto, psikologi pendidikan
[9] Mahfud
shalahuddin, pengantar psikologi pendidikan
[10] http://ichaldanlainting.blogspot.com/2013/03/makalah-empirisme-navitisme-konvergensi.html