BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis, ruang lingkup penelitian, dan
definisi operasional.
A.
Latar belakang
masalah
Al-Quran
merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam. Al-Quran adalah kalam Allah
yang mengandung mu’jizat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat
jibril yang tertulis pada mushaf yang diriwayatkan kepada kita secara
mutawatir, dinilai ibadah bagi yang membacanya, yang dimulai surah Al- Fatihah
dan di akhiri surat An- Nas.[1]
Diantara keistimewaan Al-Qur’an adalah ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan untuk di hafal.[2]
Kitab suci
umat Islam ini
adalah satu-satunya kitab
suci samawi yang masih murni
dan asli. Tidak
seperti kitab suci sebelumnya, seperti kitab Taurat dan
Injil yang telah mengalami “tahrif” atau
perubahan baik dari segi
redaksi maupun dari
segi makna. Perubahan terhadap
kitab suci ini baik
dari segi arti maupun
dari segi redaksi
menyebabkan implikasi yang serius dalam kehidupan keagamaan.
Jadi,
jika Al- Qur'an yang ada sekarang ini
masih asli dan murni sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW kepada para
sahabatnya, hal itu
karena Allah yang menjaganya.
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya
kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya kami
benar- benar memeliharanya” (QS, Al-Hijr: 9)[3]
Penjagaan Allah
kepada Al-Qur'an bukan
berarti Allah menjaga secara
langsung fase-fase penulisan Al-Qur'an, tapi Allah melibatkan para hamba- Nya
untuk ikut menjaga Al-Qur'an.[4]
Salah satu
usaha nyata dalam
proses pemeliharaan AlQur'an adalah dengan menghafalnya pada
setiap generasi.[5]
Dalam menghafalkan Al- Qur'an ini
tentu tidak mudah,
dengan sekali membaca langsung
hafal akan tetapi ada metodenya, dan juga ada berbagai macam problematikanya.[6]
Winkel dalam Saptadi, pada saat
mempelajari materi untuk pertama kali peserta didik mengolah bahan pelajaran (fase
fiksasi) yang kemudian disimpan dalam ingatan (fase retensi),
akhirnya pengetahuan dan pemahaman yang telah diperoleh diproduksi kembali.[7]
Teknik mengingat
yang banyak dilakukan orang
adalah dengan mengulang informasi
yang masuk. Menurut Matlin dalam
Saptadi, Pengulangan informasi akan
tersimpan lebih lama
dan lebih mudah
untuk diingat kembali.[8]
Tahfidz
berasal dari Bahasa Arab حَفِظَ يَحْفَظُ حِفْظًا yang berarti menghafal, sedangkan kata (menghafal)
berasal dari kata (hafal) yang memiliki dua arti : (1) telah masuk dalam
ingatan (tentang pelajaran), dan (2) dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa
melihat buku atau catatan lain). Adapun arti “menghafal” adalah berusaha
meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.[9]
Dalam menghafal pelajaran, seseorang
menghadapi materi yang biasanya disajikan
dalam bentuk verbal
(bahasa), entah materi
itu dibaca sendiri atau diperdengarkan. Dalam menghafal Al
Qur’an, seseorang juga menghadapi materi hafalan dalam bentuk verbal baik
dibaca sendiri atau diperdengarkan (simakan). Dalam menghafal
pelajaran umum, seseorang mengulang-ulang kembali
materi hafalan sampai tertanam
sungguh-sungguh dalam ingatan. Demikian pula dalam menghafal Al Qur’an,
seseorang mengulang-ulang ayat yang dihafalkan kemudian disimpan dalam ingatan
(fase retensi).
Terkait dengan menghafal Al-qur’an, untuk mencapai
keberhasilan dalam menghafal, khususnya menghafal
Al-qur’an seorang santri seharusnya memiliki berbagai macam jenis kecerdasan,
yakni kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ).
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut
Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah kemampuan menyimpan dua
gagasan berlawanan dalam pikiran secara bersamaan, namun masih mempunyai
kemampuan untuk berfungsi.[10] Goleman
dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
berhubungan dengan orang lain.[11]
Zohar dan Marshal dalam
Muttaqiyathun, yang mengartikan SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian
dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Ini
adalah kecerdasan yang digunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang
ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.[12]
Menurut pengertian dari para ahli
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan IQ, EQ, dan SQ berperan
dalam suatu proses untuk tercapainya keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Kenyataan dalam salah satu pondok
pesantren Tahfidzul Qur’an tepatnya di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah
Banjaranyar, memperlihatkan banyaknya santri penghafalkan Al-qur’an yang
mempunyai kemampuan hafalan yang berbeda-beda dan tingkat keberhasilan yang
berbeda-beda. Umumnya, para santri belum mengetahui tentang potensi dan
kemampuan yang ada pada dirinya dan kecerdasan yang lebih dominan pada dirinya.
Pengembangan kemampuan
menghafal di Madrasah Aliyah Al- Fatimiyah dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan hafalan surat-surat dalam Alqur’an. Pengembangan kemampuan
menghafal menghafal Al-qur’an sebagai salah satu tujuan Pondok Pesantren
Al-Fatimiyah. Berbagai upaya pengembangan kemampuan menghafal Al-qur’an para
siswa diharapkan akan membantu siswa dalam mencapai tujuan secara optimal. Namun pada kenyataannya,
pelaksanaan pengembangan kemampuan diri tidak berjalan mudah dan lancar. Banyak
kendala yang menghambat baik dari segi sumber daya manusia, siswa, sistem yang
ada, sarana prasarana, Lingkungan dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara langsung
dengan ustadzah yang menjadi pembimbing dalam menghafalkan Al-qur’an atau
penerima storan Al-qur’an di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar
Paciran Lamongan, siswa MA Al- Fatimiyah dituntut minimal dalam satu tahun
mampu menghafal 3 juz. Banyak hal yang mampu membuat kemampuan menghafal
menjadi baik dan berkembang diantaranya adalah kecerdasan intelektua,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Memandang bahwa kecerdasan
Intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ)
diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar berupa
kemampuan menghafal Al-qur’an. Dengan demikian, sejauh mana kecerdasan IQ dan
SQ dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam dengan judul penelitian “ Pengaruh
kecerdasan Intelektual (IQ), dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan
menghafal Al-qur’an Siswa Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Putri
Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan “ Peneliti hanya meneliti
kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional karena peneliti mampu mencari
indikatornya dan keterbatasan waktu,
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah terdapat pengaruh kecerdasan
Intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok
Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
2.
Apakah terdapat pengaruh kecerdasan
Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren
Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
3.
Apakah terdapat pengaruh antara
kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan
menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar
Paciran Lamongan?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang
diuraikan di atas, penelitian ini disusun untuk:
1.
Mengetahui pengaruh kecerdasan
intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok
Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
2.
Mengetahui pengaruh kecerdasan
Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok
Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
3.
Mengetahui pengaruh antara
kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal
Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan?
D.
Kegunaan
Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti, terdapat pula
kegunaan dalam penelitian ini, antara lain:
a.
Secara Teoritis
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan
kemampuan menghafal Al-qur’an melalui kecerdasan Intelektuan (IQ) dan
kecerdasan Emosional (EQ). Agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian
bagi penelitian lanjutan maupun tujuan lain yang relevan.
b.
Secara praktis
1.
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan karya ilmiah,
serta sebagai salah satu cara untuk mengembangkan wawasan khususnya pengetahuan
mengenai pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual terhadap kemampuan
menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar
Paciran Lamongan.
2.
Bagi lembaga yang diteliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para Ustadzah
(guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan
untuk merumuskan kebijakan yang menyangkut pengaruh kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an pada khususnya dan
kualitas pendidikan pondok pesantren tahfizd pada umumnya.
E.
Hipotesis
Penelitian
Berdasar atas permaalahan penelitian
sebelumnya, maka hipotesis penelitian (Ha) yang hendak dibuktikan dapat
dirumuskan:
1.
Terdapat pengaruh kecerdasan
Intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok
Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
2.
Terdapat pengaruh kecerdasan
Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok
Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
3.
Terdapat pengaruh antara kecerdasan
intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal
Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan?
F.
Ruang Lingkup dan
Keterbatasan Penelitian
Dalam rangka membatasi kajian
penelitian dan mempermudah pemahaman, maka ruang lingkup dalam penelitian ini
meliputi sebagai berikut:
1. Dalam judul penelitian ini mencakup dua variabel:
a.
Variabel independen (bebas) yakni
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
b.
Variabel dependen (terikat) yakni
kemampuan menghafal Al-qur’an.
2.
Subyek dalam penelitian ini adalah
santri MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
3.
Lokasi penelitian di lakukan di
Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
4.
Kegiatan penelitian ini di
laksanakan mulai bulan mei sampai juni pada semester genap tahun pelajaran
2014/2015.
G.
Definisi
Operasional
Beberapa variabel penelitian yang
perlu didefinisikan secara operasioanal adalah kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual, dan menghafal.
1.
Kecerdasan
Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi
adalah kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran secara
bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi.
2.
Kecerdasan Emosional
(EQ)
Goleman dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.[13]
3.
Menghafal
Menurut Winkel (2001: 22) pada saat mempelajari materi untuk
pertama kali peserta didik
mengolah bahan pelajaran
(fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam
ingatan (fase retensi),
akhirnya pengetahuan dan pemahaman yang telah
diperoleh diproduksi kembali.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori
1.
Tinjauan
Menghafal Al-qur’an
1.1
Pengertian
Menghafal
Menurut Winkel (2001: 22) pada saat mempelajari materi untuk pertama
kali peserta didik
mengolah bahan pelajaran
(fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam
ingatan (fase retensi), akhirnya pengetahuan
dan pemahaman yang telah
diperoleh diproduksi
kembali. Teknik mengingat
yang banyak dilakukan orang
adalah dengan mengulang
informasi yang masuk. Pengulangan informasi akan
tersimpan lebih lama
dan lebih mudah untuk
diingat kembali (Matlin, 2008:
45).
Proses pengulangan tersebut
berkaitan erat dengan
sistem ingatan yang ada
pada manusia. Menurut
Atkinson dan Shiffrin (dalam Matlin, 2008: 23), sistem ingatan manusia
dibagi menjadi 3 bagian yaitu sensori memori (sensory memory),
ingatan jangka pendek
(short term memory),
dan ingatan jangka panjang (long
term memory).
Sensori memori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui
salah satu atau kombinasi
panca indra, yaitu
secara visual melalui
mata, pendengaran melalui
telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila
informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan,
namun bila diperhatikan
maka informasi tersebut
ditransfer ke sistem
ingatan jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi
atau stimuli selama ± 30
detik, dan hanya
sekitar tujuh bongkahan
infomasi (chunks) dapat dipelihara dan disimpan di sistem
ingatan jangka pendek dalam suatu saat (Solso, 2008: 30).
Setelah berada di
sistem ingatan jangka
pendek, informasi tersebut dapat ditransfer
lagi melalui proses
rehearsal ke sistem
ingatan jangka panjang untuk disimpan, atau dapat juga
informasi tersebut hilang atau terlupakan karena tergantikan oleh tambahan
bongkahan informasi yang baru (Solso, 2008: 31).
Menghafal Al-Qur’an merupakan
gabungan dari dua
suku kata, yaitu menghafal
dan Al-Qur’an. Menurut
Alex Sobur (2003:260), menghafal adalah “kemampuan untuk
memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan sesuai
dengan tanggapan-tanggapan yang
diterima”. Menghafal juga
dimaknai belajar atau
mempelajari sesuatu dan mencoba
menyimpannya di ingatan.
Al-Qur’an diartikan dengan kalam
Allah yang bernilai
mukjizat yang diturunkan
kepada “Pungkasan” para nabi
dan rosul dengan
perantaraan malaikat Jibril
a.s yang tertulis pada mushaf, diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya
terhitung ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat
an-Nas (Ash-Shabuni, 2001:3).
Jadi, menghafal Al-Qur’an
merupakan suatu kemampuan untuk mempelajari dan mencoba menyimpan
ayat-ayat Al-Qur’an di ingatan.[14]
1.2
Konsep
Menghafal Al-qur’an
Sebelum memulai menghafal
Al-Qur’an, maka terlebih
dahulu santri membaca mushaf
Al-Qur’an dengan melihat
ayat Al-Qur’an (Binadhor)
dihadapan guru atau kyai. Sebelum
memperdengarkandengan
hafalan yang baru, terlebih dahulu
penghafal
Al-Qur’anmenghafal sendiri materi
yang akan disemak
dihadapan guru atau
kyai dengan jalan sebagai berikut:
a.
Pertama kali
terlebih dahulu calon
penghafal membaca dengan malihat mushaf (Binadhor)
materi-materi yang akan diperdengarkan dihadapan guru atau kyai minimal 3
(tiga) kali.
b.
Setelah dibaca
dengan melihat mushaf
(Binadhor) dan terasa ada bayangan,
lalu dibaca dengan
hafalan (tanpa melihat
mushaf atau Bilghoib) minimal 3
(tiga) kali dalam satu kalimat dan maksimalnya tidak terbatas. Apabila sudah
dibaca dan dihafal 3 (tiga) kali masih belum
ada bayangan atau
masih belum hafal,
maka perlu ditingkatkan sampai
menjadi hafal betul dan tidak boleh menambah materi yang baru.
c.
Setelah satu
kalimat tersebut ada
dampaknya dan menjadi
hafal dengan lancar, lalu
ditambah dengan merangkaikan
kalimat berikutnya sehingga sempurna
satu ayat. Materi-materi
baru ini selalu dihafal
sebagaimana halnya menghafal
pada materi pertama kemudian dirangkaikan
dengan mengulang-ulang materi
atau kalimat yang telah
lewat, minimal 3
(tiga) kali dalam
satu ayat ini dan maksimal tidak terbatas sampai
betul-betul hafal. Tetapi apabila materi
hafalan satu ayat
ini belum lancar
betul, maka tidak
boleh pindah ke materi ayat berikutnya.
d.
Setelah materi satu ayat ini
dikuasai hafalannya denga hafalan yang betul-betul lancar,
maka diteruskan dengan
menambah materi ayat baru
dengan membaca binadhar
terlebih dahulu dan
mengulangulang seperti pada
materi pertama. Setelah
ada bayangan laludilanjutkan dengan
membaca tanpa melihat
sampai hafal betul sebagaimana halnya menghafal ayat
pertama.
e.
Setelah mendapat hafalan dua ayat
dengan baik dan lancar, dan tidak terdapat
kesalahan lagi, maka hafalan tersebut
diulang-ulang mulai dari materi
ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua minimal 3 (tiga) kali dan maksimal
tidak terbatas. Begitu pula menginjak ayatayat
berikutnya sampai kebatas
waktu yang disediakan
habis dan para materi yang telah
ditargetkan.
f.
Setelah materi
yang ditentukan menjadi
hafal dengan baik
dan lancar, lalu hafalan
ini diperdengarkan kehadapan
guru atau kyai untuk
ditashhih hafalannya serta mendapatkan
petunjuk-petunjuk dan bimbingan seperlunya.
g.
Waktu menghadap ke
guru atau kyai
pada hari kedua,
penghafal memperdengarkan
materi baru yang
sudah ditentukan dan mengulang materi hari pertama. Begitu
pila hari ketiga, materi hari pertama,
hari kedua dan
hari ketiga harus
selalu diperdengarkan untuk lebih
memantabkan hafalannya. Lebih
banyak mengulangulang materi
hari pertama dan kedua
akan lebih menjadi
baik dan mantap hafalannya.[15]
1.3
Faktor-faktor
yang meningkatkan kemampuan menghafal:
Berdasarkan pendapat Alfi (2002: 4), faktor – faktor yang mendukung dan meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Qur’an sebagai
berikut:
a.
Motivasi dari penghafal
b.
Mengetahui dan memahami arti atau
makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
c.
Pengaturan dalam menghafal
d.
Fasilitas yang mendukung
e.
Otomatisasi hafalan
f.
Pengulangan hafalan.
Menurut Putra dan Issetyadi, (2010:16)
berasal dari faktor
internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain:
(a) kondisi emosi,
(b) keyakinan (belief),
(c) kebiasaan (habit),
dan cara memproses stimulus.
Faktor eksternal, antara
lain: (a) lingkungan
belajar, dan (b) nutrisi tubuh.
Berikutnya untuk
membantu mempermudah membentuk
kesan dalam ingatan terhadap
ayat-ayat yang dihafal,
maka diperlukan strategi
yang baik. Strategi itu antara
lain sebagai berikut :[16]
a.
Strategi pengulangan ganda.
b.
Tidak pernah beralih pada ayat
berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar terhafal.
c.
Menghafal urutan-urutan
yang dihafalnya dalam
satu kesatuan jumlah setelah
benar-benar hafal ayatnya.
d.
Menggunakan satu jenis mushaf saja.
e.
Memahami ayat-ayat yang dihaafalnya.
f.
Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.
g.
Disetorkan pada seseorang yang mampu
menghafal al-Qur’an.
h.
Adab menghafal al-Qur’an.
2.
Tinjauan
Kecerdasan Intelektual (IQ)
2.1 Pengertian Kecerdasan
Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut Wechsler
dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah kemampuan menyimpan dua gagasan
berlawanan dalam pikiran secara bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan
untuk berfungsi.[17]
Intelligence Quotient atau
yang biasa disebut
dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia
yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20.
Kemudian Lewis Ternman
dari Universitas Stanford
berusaha membakukan test IQ yang
dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga
selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya
kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu
yang pada dasarnya hanya bertautan dengan
aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut.[18]
2.2 Indikator Kecerdasan Intelektual (IQ)
Berdasarkan pengalaman, tidak
ada indikator dan
alat ukur yang
jelas untuk mengukur atau
menilai kecerdasan setiap
individu, kecuali untuk
kecerdasan intelektual atau IQ,
dalam konteks ini
dikenal sebuah tes
yang biasa disebut
dengan psikotest untuk mengetahui tingkat IQ seseorang, akan tetapi test
tersebut juga tidak dapat secara mutlak
dinyatakan sebagai salah
satu identitas dirinya
karena tingkat intelektual seseorang
selalu dapat berubah
berdasarkan usia mental
dan usia kronologisnya.[19]
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi
dapat dilihat selain dari hasil
tes, dapat terlihat
juga bawa biasanya
orang tersebut memiliki kemapuan matematis, memiliki kemampuan
membayangkan ruang, melihat
sekeliling secara runtun atau menyeluruh, dapat mencari hubungan antara
suatu bentuk dengan bentuk lain, memiliki kemapuan untuk mengenali, menyambung,
dan merangkai katakata serta mencari
hubungan antara satu
kata dengan kata yang
lainya, dan juga memiliki memori yang cukup bagus.[20]
3.
Tinjauan
Kecerdasan Emosional (EQ)
3.1
Pengertian
Kecerdasan Emosional (EQ)
Goleman dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.[21]
EQ merupakan serangkaian
kemampuan mengontrol dan
menggunakan emosi, serta mengendalikan
diri, semangat, motivasi,
empati, kecakapan sosial, kerja
sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dengan berkembangnya
teknologi pencitraan otak
(brain-imaging), yaitu sebuah
teknologi yang kini
membantu para ilmuwan
dalam memetakan hati manusia,
semakin memperkuat keyakinan
kita bawa otak
memiliki bagian rasional dan
emosional yang saling bergantung.[22]
Untuk kecerdasan emosi (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ),
hingga saat ini belum
ada alat yang
dpat mengukurnya dengan
jelas karena dua
kecerdasan tersebut bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Seperti halnya
dengan alat ukur
kecerdasan, indikator orang
yang memilki IQ, EQ
dan SQ juga
tidak ada ketetuan
yang jelas, sehingga
untuk mengetahui seseorang tersebut memiliki
kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual biasanya
dilihat dari hal-hal
yang biasanya ada
pada orang yang
memiliki IQ, EQ dan SQ tinggi dan
dilihat berdasarkan kompone dari klasifikasi kecerdasan tersebut.[23]
3.2
Indikator
Kecerdasan Emosional (EQ)
Seperti halnya dengan
alat ukur kecerdasan,
indikator orang yang
memilki IQ, EQ dan
SQ juga tidak
ada ketetuan yang
jelas, sehingga untuk
mengetahui seseorang
tersebut memiliki kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual biasanya
dilihat dari hal-hal
yang biasanya ada
pada orang yang
memiliki IQ, EQ dan SQ tinggi dan
dilihat berdasarkan kompone dari klasifikasi kecerdasan tersebut.
Seseorang dengan kecerdasan
emosi (EQ) tinggi
diindikatori memiliki hal-hal sebagai berikut :[24]
ü Sadar diri, panada
mengendalikan diri, dapat
dipercaya.
ü Dapat beradaptasi dengan
baik dan memiliki jiwa kreatif.
ü Bisa berempati, mampu
memahami perasaan orang
lain, bisa mengendaikan konflik,
bisa bekerja sama dalam tim.
ü Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan.
ü Dapat mempengaruhi orang lain.
ü Bersedia memikul tanggung jawab.
ü Berani bercita-cita.
ü Bermotivasi tinggi.
ü Selalu optimis.
ü Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
ü Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas.
B.
Hasil
Penelitian yang Relevan
1.
Penelitian Tentang Pengaruh IQ
Terhadap Kemampuan Menghafal
Pengaturan dalam menghafal
Al Qur’an di
pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman,
Kota Semarang yaitu
mengaji 3 kali sehari.
Target dalam menghafal Al
Qur’an yaitu khatam
dalam waktu 3 tahun.
Untuk membetulkan hafalan Al-Qur’an,
para santri diperintahkan
untuk mengulang-ulang hafalan. Selain itu
dengan mengadakan sema’an
Al Qur'an dengan
sesama santri untuk saling
membandingkan hafalan. Untuk
membaguskan bacaan Al
Qur’an para santri melakukan
musabahah dengan cara mengaji di depan guru atau kyai.
Faktor yang mempengaruhi
hafalan Al-Qur’an oleh
santri di pondok pesantren Raudhatul
Qur’an Kauman, Kota
Semarang adalah potensi
santri. Untuk mengetahui potensi
santri dari segi
intelegensi dilakukan tes
IQ tipe Stanford-Binet. Berikut
ini adalah hasil tes IQ pada santri responden:
Tabel 2.1 Hasil Tes IQ Santri dan Kecepatan hafalan dan perkiraan
waktu hafal 30 juz Responden Santri pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman,
Kota Semarang
No
|
Nama
|
Tgl,Thn Lahir
|
Hasil Tes Iq
|
Kategori
|
Kecepatan hafalan per bulan
|
Waktu hafal 30 juz
|
1
|
Farid
Maskanah
|
8-2-1992
|
81
|
Agak
kurang
|
0,5
juz
|
5
thn
|
2
|
Miftahul
Huda
|
3-5-1987
|
95
|
Cukup
|
0,7
juz
|
3thn
7bln
|
3
|
Latif
Maulana
|
7-1-1989
|
101
|
Cukup
|
0,77
juz
|
3thn
2,6 bln
|
4
|
M
Dedy Zakaria
|
23-1-1986
|
104
|
Cukup
|
0,80
juz
|
3thn
1,2 bln
|
5
|
Nafsiyah
|
21-9-1992
|
94
|
Cukup
|
0,56
juz
|
4,5
thn
|
6
|
Nur
Faizah
|
18-11-1989
|
95
|
Cukup
|
0,9
juz
|
2
thn 9,3 bln
|
7
|
Dwi
Agustina
|
22-8-1989
|
90
|
Cukup
|
0,67
juz
|
3
thn 9 bln
|
8
|
Wahib
|
18-6-1985
|
99
|
Cukup
|
0,76
juz
|
3
thn 3,6 bln
|
9
|
Muslimah
|
28-8-1986
|
101
|
Cukup
|
1,1
juz
|
2
thn 3,6 bln
|
Secara umum kemampuan intelektual semua santri yang diteliti pada
taraf rata-rata, yaitu di
antara 90-109. Masing-masing
santri cukup baik
dalam merespon tes yang diberikan. Kemampuan di atas rata-rata yang ada
pada hampir semua santri ditemukan dalam item tes persamaan, perbendaharaan
kata, simbol angka, dan rancangan balok.
Tes yang dilaksanakan mewakili kemampuan santri dalam persepsi,
komunikasi, dan stabilitas
emosi. Pada sample
tersebut terdapat seorang
santri yang memiliki
IQ di bawah
rata-rata yaitu 81 di antara
80 – 89.
Secara umum santri ini memiliki kemampuan yang berhubungan dengan
hitungan cenderung kurang, sehingga
mempengaruhi kemampuan santri
tersebut dalam mengemukakan ide
baru maupun memahami
situasi dan kondisi
di sekitarnya. Kondisi ini
dapat menjadi penyebab
santri kurang dapat
bersosialisasi dengan baik. Santri
ini memilki skor
agak kurang pada
aspek kemampuan logika,
kreativitas,
perhatian, stabilitas emosi, dan konsentrasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan
Rancangan penelitian, sumber dan jenis data penelitian, populasi dan sampel
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
A. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian.
Dalam rancangan penelitian diungkapkan penataan latar belakang penelitian agar
dapat diperoleh data yang valid dan sesuai dengan karakteristik variable dan
tujuan penelitian.[25]
Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tiga
variable yaitu: Variable bebas yaitu kecerdasan intelektual (X1) dan
kecerdasan emosional (X2) dan variable terikat yaitu kemampuan
menghafal Al-qur’an (Y) Siswa MA Al-Fatimiyah.
Adapun desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.
Kecerdasan Intelektual (X1)
|
Kecerdasan Emosional (X2)
|
Kemamampuan menghafal Al-qur’an (Y)
|
Gamabar 3.1
Keterangan:
..................... kecerdasan
intelektual (X1) mempengaruhi kemampuan menghafal (Y)
..................... kecerdasan
emosional (X2) mempengaruhi kemampuan menghafal (Y)
--------------- kecerdasan
intelektual (X1) dan kecerdasan emosional (X2) bersama-sama mempengaruhi
kemampuan menghafal (Y)
B. Sumber dan Jenis data penelitian
1.
Sumber data
Sumber data adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh.[26]
Untuk memperoleh data yang valid dan akurat. Dalam penelitian ini peneliti
mempunyai dua sumber data, yakni:
a.
Sumber data primer
Sumber data primer ini
merupakan dua pokok yang diperleh peneliti sendiri langsung dari lapangan penelitian.
Sumber data ini berupa hasil tes untuk mengetahui kemampuan menghafal Al-qur’an
dan berupa angket mengenai kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional yang
disebar kepada 168 siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
b.
Sumber data sekunder
Sumber data ini
merupakan sumber data pendukung dari sumber data primer yang berupa
dokumen-dokumen, hasil hafalan tiap bulan, sejarah dan profil lembaga, keadaan
guru, keadaan siswa atau lainya yang bisa dijadikan pendukung dalam penelitian
ini.
2. Jenis data penelitian
Jenis data penelitian ini yaitu data yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang daat dihitung langsung yang
berupa angka-angka hasil perhitungan skor item data yang diperoleh dari angket
yang terkait dua veriable yaitu variable X1 (kecerdasan Intelektual) dan
variable X2 (kecerdasan Emosional) sedangkan variabel Y (kemampuan menghafal
Al-qur’an) melalui hasil storan tiap bulan dan tahun.
C.
Populasi dan Sampel penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah seluruh karakteristik yang menjadi
objek penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh
kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi
peneliti. Menurut sekarang populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang,
atau kejadian, atau hal ihwal yang ingin diketahui oleh peneliti.
Secara sekilas dapat dipahami bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MA Al-Fatimiyah
Banjaranyar Paciran Lamongan, yang berjumlah 168 sebagaimana disajikan dalam
tabel 3.1.
REKAP JUMLAH SISWA
|
||||
MA AL-FATIMIYAH BANJARANYAR
|
||||
TP. 2014-2015
|
||||
NO
|
KELAS
|
L
|
P
|
JUMLAH
|
1
|
X A
|
-
|
30
|
30
|
2
|
X B
|
-
|
29
|
29
|
JML
|
-
|
59
|
59
|
|
3
|
XI A
|
-
|
28
|
28
|
4
|
XI B
|
-
|
27
|
27
|
JML
|
-
|
55
|
55
|
|
5
|
XII A
|
-
|
28
|
28
|
6
|
XII B
|
-
|
26
|
26
|
JML
|
-
|
54
|
54
|
|
JUMLAH
|
-
|
168
|
168
|
Tabel 3.1
Tabel jumlah siswa MA Al-Fatimiyah Tahun pelajaran
2014/2015
Jadi jumlah populasi penelitian adalah 168 siswa
terdiri dari kelas X, IX dan XII.
2. Sample
Sampel menurut sugiono
diartikan sebagai sebagian atau wakilyang diteliti.[27]
Dalam
penelitian ini, teknik yang digunakan yaitu probabilty sampling. Probabilty
sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada teori
probabilitas, dimana semua unit dalam populasi memiliki kemungkinan atau
peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Adapun
jenisnya yaitu Stratifieed Random Sampling. Stratified Random Sampling yaitu
cara pengambilan sampel secara acak dari suatu anggota populasi yang
bertingkat/berstratum secara proporsional, jika anggota populasinya heterogen
atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat.[28]
Adapun penentuan sampel penelitian menggunakan
rumus Slovin, yaitu :
Keterangan :
n =
jumlah sampel
N =
jumlah populasi
e2 =
batas ketelitian yang diinginkan (tingkat kesalahan)
Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian
ini berdasarkan rumus tersebut yaitu:
=
= 62.68
63 (dibulatkan)
Selanjutnya,
untuk mencari sampel berstratanya memakai rumus alokasi proporsional yaitu:
Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel
menurut masing-masing strata sebagai berikut:
Kelas XA : 30:
168 x 63 = 11.25 11 orang
Kelas XB : 29
: 168 x 63 = 10.875 10 orang
Kelas XI A :
28 : 168 x 63 = 10.5 10
orang
Kelas XI B :
27 : 168 x 63 = 10.123 10 orang
Kelas XII A : 28 : 168 x 63 = 10.5 10
orang
Kelas XII B :
26 : 168 x 63 = 9.75 9 orang +
60
orang
Dari data diatas dapa disimpulkan bahwa sampel yang
diperoleh untuk kelas XA adalah 11 siswa, kelas XB adalah 10 siswa, kelas XI A
adalah 10 siswa, kelas XI B adalah 10 siswa, kelas XII A adalah 10 siswa dan
kelas XII B adalah 9 siswa. Jadi jumlah seluruh sampel sebanyak 60 siswa.
D.
Instrumen penelitian
Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan kuisioner atau angket yang didalamnya terdapat
beberapa pertanyaan-pertanyaan disertai dengan jawabannya, yang digunakan untuk
memperoleh informasi atau laporan tentang pribadinya dan hal-hal yang terkait
dengan yang penilti gali dari responden. Maka angket yang digunakan untuk
menguraikan variabel sebagai berikut :
1. Angket
Angket atau
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[29] Jumlah angket yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua angket, yaitu angket untuk mencari data
tentang kecerdasan intelektual dan angket untuk mencari data tentang kecerdasan
Emosional. Sebelum peneliti menyusun angket setiap variabel, maka peniliti
diharuskan untuk membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
Gambar 3.2
Bentuk Kisi-kisi Setiap variabel dari
judul Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap
Kemampuan Menghafal
No
|
Variabel
|
Dimensi
Variabel
|
Indikator
|
No
Item
|
Jumlah
Item
|
1
|
Kecerdasan intelektual (X1)
|
1. Ketrampilan
dasar berfikir
|
1. Keterampilan
Bertanya
2. Keterampilan
Memberi Penguatan
3. Keterampilan
Mengadakan Variasi
4. Keterampilan
Menjelaskan
5. Keterampilan
Memberi perumpamaan
|
1
2
3
4
5
6
8
|
|
2
|
Kecerdasan Emosional (X2)
|
1. Ketrampilan
penguasaan diri
|
1. Kemampuan
pengendalian diri
2. kemampuan
berinteraksi dengan teman
3. kemampuan
dalam mengolah kata
4. kemampuan
bertanggung jawab
5. kemampuan
tidak putus asa
|
6
7
8
9
10
|
|
3
|
Kemampuan menghafal (Y)
|
Nilai hafalan tiap bulan
|
1. rajin
stor hafalan
2. kelancaran
hafalan
3. kecepatan
hafalan
4. kefashihan
hafalan
5. kekuatan
hafalan
|
11
12
13
14
15
|
|
2.
Dokumentasi, instrumen untuk metode
dokumentasi adalah indeks prestasi hafalan tiap bulan para siswa atau santri
untuk semua siswa Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan 2014/2015.
Dalam
penelitian ini sebelum peneliti menyebarkan angket ke responden, maka peneliti
harus melalui tahap-tahap pengujian instrumen terlebih dahulu, diantaranya :
1. Uji
coba instrumen
Item-item soal disebarkan, maka
peneliti harus melakukan uji coba instrumen, uji coba instrumen ini dilakukan
peneliti untuk mengetahui item-item soal penelitian antara valid dan tidaknya.
Jika hasil pengujian instrumen itu menunjukkan valid dan reliabel, maka
item-item instrumen penelitian tersebut bisa digunakan dalam penelitian
sesungguhnya. Dan pelaksanaan uji coba instrumen ini akan pada sebagian
populasi dimana tempat penelitian dipilih.
2. Uji
Validitas
Uji validitas
bertujuan untuk mengukur valid (sahnya) tidaknya suatu item-item
pertanyaan. Sebagaimana Fraenkel & Wallen (2006) menyatakan, bahwa
validitas merujuk pada ketepatan, kebermaknaan, kebenaran dan kegunaan suatu
instrument. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.[30]
3. Uji
Reliabilitas
Setelah uji
validitas instrument dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.
Reliabilitas adakah suatu keadaan dimana skor dari suatu tes bebas dari
kesalahan pengukuran. Pengukuran dengan reliabilitas yang tinggi (reliabel) adalah pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang dapat dipercaya.[31]
Dalam penelitian
ini, SPSS 16.0 for windows merupakan sebuah program yang digunakan untuk
melakukan pengujian reliabilitas item-item instrument angket. Untuk menentukan
reliabel tidaknya item-item instrument, menurut Sekaran dalam Azhar (2012)
menjelaskan criteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika
nilai Cronbach Alpha > 0,7 maka reliable
b. Jika
nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka tidak reliable
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data atau informasi yang benar dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan beberapa teknik untuk pengumpulan data yang sesuai. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1. Teknik
Angket
Untuk
memperoleh data yang terkait atau berhubungan dengan penelitian, maka peneliti
menggunakan teknik angket. Teknik angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab.[32]
Teknik angket ini dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang berhubungan dengan
variabel-variabel penelitian kepada responden untuk dijawabnya. Tipe pertanyaan
atau pernyataan dalam angket tertutup,
maksud dari angket tertutup yaitu angket yang berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan sejumlah jawaban yang terikat pada
sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan, sehingga angket ini sering
disebut juga dengan angket tertutup.[33]
Dalam
penelitian ini, Peneliti memberikan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis
kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert
yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial.[34] Skala Likert memiliki
bentuk pernyataan positif dan negative.
Adapun
Penyusunan angket untuk variabel menejemen kelas dan kompetensi guru berisi
lima alternative jawaban dengan skor masing-masing yaitu seperti tabel berikut:
Gambar.3.3
Instrumen
penggunaan skala Likert
Kriteria Positif
|
Kriteria Negatif
|
||
Jawaban
|
Skor
|
Jawaban
|
Skor
|
Sangat
setuju
|
5
|
Sangat
tidak setuju
|
5
|
Setuju
|
4
|
Tidak
setuju
|
4
|
Ragu-ragu
|
3
|
Ragu-ragu
|
3
|
Tidak
setuju
|
2
|
Setuju
|
2
|
Sangat
tidak setuju
|
1
|
Sangat
setuju
|
1
|
2. Teknik
Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh
data sebagai berikut:
a. Data
Ustadz MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015.
b. Data
siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015
c. Hasil
nilai raport hafalan siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan
2014-2015
Data-data diatas
diperoleh peneliti dengan langsung mengunjungi lokasi penelitian.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji
Prasyarat
Dalam
penelitian korelasional, uji prasyarat yang digunakan yaitu normalitas dan
linearitas, penjelasannya yaitu :
a. Uji
Normalitas
Menurut
Sekaran (2003) menyatakan bahwa uji normalitas adalah membandingkan antara data
yang dimiliki oleh peneliti dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean
dan standar deviasi yang sama. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal
atau tidaknya suatu distribusi data.
Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas melalui program
SPSS, bisa menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan Shapiro-Wilk atau dengan
melihat grafik QQ Plots. Uji Kolmogrof-Smirnov digunakan jika responden
berjumlah 50. Sedangkan Uji Shapiro-Wilk digunakan jika responden kurang dari
50 orang.
Kriteria
pengujian :
Data
berdistribusi normal, jika nilai sig. Uji Kolmogrof-Smirnov > 0.05,
sedangkan data tidak berdistribusi normal, jika nilai sig. Uji
Kolmogrof-Smirnov < 0.05.[35]
b. Uji
Linearitas
sUji
Liniearitas bermaksud untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
responden sesuai dengan garis linear atau tidak (apakah hubungan antar-variabel
yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak). Untuk menguji
linearita, peneliti menggunakan program SPSS dengan test for linearity dengan
taraf signifikansi 5 %, dengan keputusan jika nilai Sig. pada Deviation from Linearity
> 0,05 maka hubungan antar variabel adalah Linear. Dan jika nilai Sig. pada
Deviation from Linearity < 0.05 maka hubungan antar variabel adalah tidak
linear.[36]
2. Uji
Hipeotesis
Dalam
penelitian ini, Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis regresi linear ganda (Multiple Regression).
Regresi Linear ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana kedaan
(naik-turunnya) variabel dependent (kriterium).
Dengan
ungkapan lain, regresi linear ganda digunakan untuk menghitung pengaruh dua
atau lebih variabel bebas (predictor) terhadap satu variabel terikat
(kriterium).
Y = a + b1X1 + b2X2
|
Keterangan
:
Y : variabel terikat
a
: konstanta
b : koefisien regresi
untuk variael X.[37]
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Hafidh,
Ahsin. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Ed. 1, Cet, III,
Jakarta: Bumi Aksara
Al- Qur'an
dan Tafsirnya. 1993.
(Semarang: Citra Effhar )
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta)
Azhar,
Imam. Metodologi Penelitian dan Analisis Data, (Yogyakarta: Insyira,
2012)
Azhar,
Imam, dkk. 2012. panduan penulisan skripsi, (kranji: STAIDRA PRESS)
Fathurrohman,
M Mas'udi . 2012. Cara Mudah
Menghafal AI-Qur'an Dalam Satu
Tahun, (Yogyakarta: Elmatera).
Hendriyani,
Nani. 2011. “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang,” Jurnal
Penelitian, 3 (Juni)
Ismanto, Heri
Saptadi. 2012. Faktor-faktor Pendukung kemampuan menghafal Al-qur’an dan
Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling. (Jurnal: Bimbingan Konseling 1 )
Khon, Abdul Madjid.
2008. Praktikum Qira’at, ( Jakarta: Amzah), Cet. 1, h. 2
Misbach,
Ifa Hanifah. 2008. Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru
Nasional Se-Indonesia)
Muttaqiyathun,
Ani. 2009. Hubungan Emotional Quotient, Intelectualquotient Dan Spiritual
Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil
di Yogyakarta)
Nadhifah. 2006. Jurnal Pendidikan
Islami, volume 15,
Nomor 1
Poerwadarminta.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Duta Rakyat)
Qardhawi,
Yusuf. 1999 Berinteraksi Dengan Al-Qur'an, pent:
Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press)
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta)
Zen, Muhaimin. Tata
Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an
[1]
Abdul Madjid Khon, Praktikum Qira’at, ( Jakarta: Amzah, 2008), Cet. 1, h. 2
[2]
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi
Dengan Al-Qur'an, pent:
Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm 189
[4]
M. Mas'udi Fathurrohman,
Cara Mudah Menghafal
AI-Qur'an Dalam Satu Tahun, (Yogyakarta: Elmatera, 2012), h1m, 5 - 6.
[5]
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi
Dengan Al-Qur'an, pent:
Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm 189
[7]
Heri Saptadi Ismanto, Faktor-faktor Pendukung kemampuan menghafal Al-qur’an dan
Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling, Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2)
(2012)
[8]
Ibid, 6
[9]
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:
Duta Rakyat, 2002) hal. 381
[10]
Ani Muttaqiyathun, Hubungan Emotional Quotient, Intelectualquotient Dan
Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance, (Jurnal: Studi Kasus
Wirausaha Kecil di Yogyakarta, 2009), 226
[11]
Ibid, 226
[12]
Ibid, 227
[13]
Ibid, 226
[14]
Hanifah, Upaya Meningkatkan Prestasi Menghafal Al-qur’an Melalui Strategi Peer
Lesson pada Siswa Kelas V MI Tuntang Semarang, (Kripsi: STAIN Salatiga,
Semarang, 2012), 22
[15]
Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an…, hal. 249-250
[16]
Ahsin al-Hafidh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Ed. 1, Cet, III,
Jakarta: Bumi Aksara, 2005,hal. 56-61.
[17]
Ani Muttaqiyathun, Hubungan Emotional Quotient, Intelectualquotient Dan
Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha
Kecil di Yogyakarta, 2009), 226
[18]
Ifa Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru
Nasional Se-Indonesia, 2008), 02
[19]
Ifa Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru
Nasional Se-Indonesia, 2008), 4
[20] Ibid, 4
[21]
Ibid, 226
[22]
Ifa Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru
Nasional Se-Indonesia, 2008), 4
[23]
Ibid, 4
[24]
Ifa Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru
Nasional Se-Indonesia, 2008), 5
[25] Imam Azhar
dkk, panduan penulisan skripsi, (kranji: STAIDRA PRESS, 2012), 24.
[26] Suharsimi
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 129
[27]
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta. 2010),
82
[28]
Imam Azhar, Metodologi Penelitian &Analisis Data (Yogyakarta:
Insyira, 2012), 100.
[29] Ibid,
hal. 142
[30] Ibid,
hal.121
[31] Opcit,
Imam Azhar, hal.115
[32]
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), 142
[33]
Nani Hendriyani, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Kepanjen
Malang,” Jurnal Penelitian, 3 (Juni, 2011), 69.
[34] Opcit,
Imam Azhar, hal. 91.
[35] Opcit,
Imam Azhar, hal.145
[36] Ibid.,
150.
[37] Imam
Azhar, Metodologi Penelitian dan Analisis Data, (Yogyakarta: Insyira,
2012), 181.