Informasi

GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM






MAKALAH
SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semester IV
GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM”

logo staidra baru banget








Dosen Pembimbing:
Drs. H. MASMULYO HASAN, M.Ag

Oleh
RIFQI ROSYADI
DZIHAN DZAHRIS DZAMAN
SISKA NOORMA PUSPITA



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUNAN DRAJAD
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
2014


KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmaanirrohiim……
Segala puji bagi Allah dengan izin-NYA terlaksana segala kebajikan dan diraih segala macam kesuksesan. Termasuk diselesaikan pula makalah ini insyaAllah dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tercurakan kepada Nabi Muhammad, yang kepada beliau diturunkan wahyu ilahi Al-Qur’an, semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselesaikannya makalah sederhana ini yang menerangkan sedikit tentang KAITAN ANTARA PENDIDIKAN DAN GENDER.
Dengan demikian penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tentu terdapat banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun kami harapkan.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                                                                                                 Lamongan, 7 APRIL 2013
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

           




                                                                                      LAMONGAN,  13 Mei 2014

                                                                             
                                                                                                        PENULIS







DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................... .....    i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ .....    ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. .....    iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... .....    1
A.    Latar Belakang................................................................................................. .....    1
B.     Rumusan Masalah ............................................................................................ ......   1
C.     Tujuan .............................................................................................................. ......   1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... .....    2
A.    Pengertian gender............................................................................................. .......  2
B.     Problematika gender dalam pendidikan………………….......................................  2
C.     Pendidikan memandang gender …………………………......................................  3
D.    Konsep gender dalam perspektif islam …………………………………………...  4
E.     Pendidikan islam berbasis gender ………………………………………………...  5
BAB III PENUTUP .................................................................................................... .....    7
A. Kesimpulan ............................................................................................................. .....    7
B. Saran ....................................................................................................................... .....    7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. .....    8






BAB 1
PENDAHUUAN
A.    Latarbelakang
            Studi – studitentang gender saatinimelihatbahwaketimpangan gender terjadiakibat  rendahnya  kualitas  sumberdayakaumperempuan  sendiri,  dan  haltersebutmengakibatkanketidakmampuanmerekabersaingdengankaumlelaki. Olehkarenaituupaya-upaya yang dilakukanadalahmendidikkaumperempuandan  mengajak  mereka  berperan  serta  dalam  pembangunan.  Namunkenyataannya  proyek-proyek  peningkatan  peran  serta  perempuan  agak  salaharahdan  justrumengakibatkanbeban yang berganda-gandabagiperempuantanpahasil yang memangmenguatkankedudukanperempuansendiri.
            Dalamrealitas yang kitajumpaipadamasyarakattertentuterdapatadatkebiasaan yang tidakmendukungdanbahkanmelarangkeikutsertaanperempuandalampendidikan formal.Bahkanadaanilai yang mengemukakanbahwa “perempuantidakperlusekolahtinggi-tinggikarenaakhirnyakedapurjuga.” Ada pula anggapan seorang gadis harus cepat-cepat menikah agar tidak menjadi perawan tua. Paradigma seperti inilah yang menjadikan para perempuan menjadi terpuruk dan dianggap rendah kaum laki-laki[1].
B.     Rumusanmasalah
1.      Apapengertian gender itu?
2.      Bagaimanakah problematika gender dalam pendidikan?
3.      Bagaimanakahpendidikanmemandang gender?
4.      Bagaimanakah konsep gender dalam perspektif islam?
C.    Tujuan
1.      Untukmengetahuipengertian gender
2.      Untuk mengetahui problematika gender dalam pendidikan
3.      Untuk mengetahui pendidikan memandang gender
4.      Untuk mengetahui konsep gender dalam perspektif islam


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian gender
            Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatuis tilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilakus ecara kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan[2].
            Gender merupakan konsep hubungan sosial yang membedakan  (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan dan lak-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan pembangunan[3].
            Dengan demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran manusia atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga bersifat dinamis dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, sitem nilai dari bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu. Selain itu gender dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik , ekonomi, sosial dan budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Dengan demikian gender tidak bersifat universal dan tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional masyarakatnya.
B. Problematika Gender dalam  Pendidikan
            Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender dalam dunia pendidikan. Ada tiga aspek permasalahan gender dalam pendidikan yaitu:[4]
1.      Akses
            Yang dimaksud dengan aspek akses adalah fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Misalnya, banyak sekolah dasar di tiap-tiap kecamatan namun untuk jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA tidak banyak. Tidak setiap wilayah memiliki sekolah tingkat SMP dan seterusnya, hingga banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapainya.
2.      Partisipasi       
            aspek partisipasi dimana tercakup di dalamnya faktor bidang studi dan statistik pendidikan. Dalam masyarakat kita di indonesia, dimana terdapat sejumlah nilai budaya tradisional yang meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik, seringkali anak perempuan agak terhambat untuk memperoleh kesempatan yang luas untuk menjalani pendidikan formal. Sudah sering dikeluhkan bahwa jika sumber-sumber pendanaan keluarga terbatas, maka yang harus didahulukan untuk sekolah adalah anak laki-laki. Hal ini umumnya dikaitkan dengan tugas pria kelak apabila sudah dewasa dan berumah-tangga, yaitu bahwa ia harus menjadi kepala rumah tangga dan pencari nafkah.
3.      Manfaat dan penguasaan
Kenyataan banyaknya angka buta huruf di Indonesia di dominasi oleh kaum perempuan. Data BPS tahun 2003, menunjukkan dari jumlah penduduk buta aksarausia 10 tahun keatas sebanyak 15.686.161 orang, 10.643.823 orang di antaranya atau 67,85 persen adalahperempuan.
            Menurut Idris[5] semakin rendah tingkat pendidikan semakin besar kesenjangan gender dalam pengupahan. Bahkan dari angka statistik menunjukkan perbandingan upah laki-laki adalah 60,46% dan 39,54%, dimana kesenjangan gender dalam pengupahan untuk pendiidkan rendah 65, 68% untuk laki-laki dan 35, 32 % untuk perempuan
C. Pendidikan memandang Gender
            Dalam deklarasai Hak-hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa :” Setiap orang berhak mendapatkan pengajaran, Pengajaran harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima serta rasa persahabatan antar semua bangsa, golongan-golongan kebangsaan, serta harus memajukkan kegiatan PBB dalam memelihara perdamaian dunia … “.
            Terkait dengan deklarasi di atas, sesungguhnya pendidikan bukan hanya dianggap dan dinyatakan sebagai sebuah unsur utama dalam upaya pencerdasan bangsa melainkan juga sebagai produk atau konstruksi sosial, maka dengan demikian pendidikan juga memiliki andil bagi terbentuknya relasi gender di masyarakat.
            Pendidikan memang harus menyentuh kebutuhan dan relavan dengan tuntutan zaman, yaitu kualitas yang memiliki keimanan dan hidup dalam ketakwaan yang kokoh, mengenali, menghayati, dan menerapkan akar budaya bangsa, berwawasan luas dan komprehensif, menguasai ilmu pengetahuan, dan keterampilan mutakhir, mampu mengantisipasi arah perkembangan, berpikir secara analitik, terbuka pada hal-hal baru, mandiri, selektif, mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, dan bisa meningkatkan prestasi. Perempuan dalam pendidikannya juga diarahkan agar mendapatkan kualifikasi tersebut sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya[6].
D. Konsep gender dalamperspektifislam
Dalam perspektif Islam, semua yang diciptakan Allah SWT berdasarkan kudratnya masing-masing.“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan qadar” (QS. Al-Qamar: 49).
Para pemikir Islam mengartikan qadar di sini dengan ukuran-ukuran, sifat-sifat yang ditetapkan Allah SWT bagi segala sesuatu, dan itu dinamakan kudrat.Dengan demikian, laki-laki dan perempuan sebagai individu dan jenis kelamin memiliki kudratnya masing-masing. Syeikh Mahmud Syaltut mengatakan bahwa tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan berbeda, namun dapat dipastikan bahwa Allah SWT lebih menganugerahkan potensi dan kemampuan kepada perempuan sebagaimana telah menganugerahkannya kepada laki-laki. Ayat Al-Quran yang populer dijadikan rujukan dalam pembicaraan tentang asa kejadian perempuan adalah firman Allah dalam QS. An-Nisa’ ayat1 :
”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, yang telah menciptakan kamu dari diri (nafs) yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Al-Qur’an dengan sangat jelas menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan kecuali ketaqwannya.Surat al-Hujurat (49):13 yang artinya“ Hai manusia, kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamudisisi Allah adalah yang paling taqwa”.
            Dari penjelasan di atas, bisadilihatbahwa Islam adalah agama yang sangatmenjagakesetaraandankeadilan.Islam jugasangatmenghargaidanmenjunjungtinggiharkatdanmartabatkaumperempuan.Ketidakadilan gender padadasarnyadipicudaribudayakesuperioritaskaumlaki-laki yang sudahsangatmapandanberkesinambungan, yang padaakhirnyamerambahkesemuakehidupantermasuksalahsatunya agama. Pernyataanayat-ayat Al- Qur’an yang dirasasangattidakmemihakkaumperempuanmisalnya, bahwalaki-lakimempunyaihakwarisdua kali lipatdariperempuan (Qs. An-Nisa, 4:11); kenapahakwarislaki-lakitidak di samakandenganperempuan, halsepertiituterlihatadanyadiskriminasiantaralaki-lakidenganperempuan; bahwakesaksianlaki-lakidihitungsamadua kali kalilipatdariperempuan (Qs. Al-Baqarah, 2:282); bahwasuamimempunyaihakmutlaksementaraistritidak (Qs. Al-Baqarah 2;226-231), danbeberapaayat yang lain.
            Posisiperempuan yang di tempatkansebagaisubordinasidarilaki-lakimunculdalamsuatuperadabandimanaketergantunganperempuanterhadaplaki-lakimasihsangatkuat.Posisitersebutbisajadimemangpadazamannya.Zamandahuluperempuanhanya di prioritaskandengansebutandapur, sumurdankasur.Sehinggakaumperempuanpadazamandahululebihmemandangitudantidakadapandanganinginmenjadiwanitakarir/wanita yang bekerjauntukmembantuperekonomiankeluargakelaksaatmenikah.

            Yang terjadisekarangadalah proses sejarahberjalansecaraevolutifdandinamis. Zamantelahberubahdankaumperempuansudahmulaiberpikiran/berpandanganmajudalamsegalabidang.Sekarangbanyakwanitamenjadiwanitakarir, ada yang menjadidokter, polwan, direktur, dosen, supir bus, pilot dll.Sebutanperempuan yang di prioritaskanperempuanpadadapur, sumurdankasur, kinitelahberubahseiringberjalannyazaman, walaupunhalitutidak di hilangkanbegitusaja, halitumasihberjalansampaisaatini.Hal inimenunjukanbahwakarakteristikkesuperioritaslaki-lakiatasperempuanbukanlahsesuatu yang mutlak[7].

E. Pendidikanislamberbasis gender
            Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia. Begitu pentingnya sebuah pendidikan, agama pun mengatur bahwa setiap orang, laki-laki maupun perempuan wajib mencari ilmu. Beberapa ahli seperti Frederick J. Mc Donald menyatakan bahwa pendidikan diarahkan untuk merubah tabiat atau kebiasaan. Perubahan kebiasaan tersebut terjadi ketika proses belajar berlangsung. Orang berpendidikan juga mendapat tempat layak di masyarakat. Meski dahulu pendidikan di Indonesia sering didominasi oleh kaum laki-laki. Namun berkat perjuangan R.A. Kartini berhasil memperjuangkan hak kaum perempuan mengenyam pendidikan.
            Mesiku begitu, sampai saat ini ada beberapa sekolah di Kudus yang hanya menerima satu jenis kelamin saja siswa yang masuk. Sekolah tersebut umumnya berlandaskan Islam. Diantara sekolah khusus perempuan adalah MA NU Banat dan SMP NU Nawa Kartika. Kedua sekolah tersebut masih berada di satu lembaga, yaitu lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (Ma’arif NU).
            Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi berdirinya sekolah khusus perempuan tersebut. Pendirian sekolah tersebut, menurut Drs. Moh. Said, Kepala MA NU Banat merupakan inisiatif dari para pendirinya yaitu para kiai untuk mengangkat derajat, harkat dan martabat kaum hawa agar sejajar dengan kaum laki-laki. Pendirian Banat sendiri dimulai dari tingkat RA (Raudhatul Athfal) setingkat Taman KanakKanak (TK) pada tahun 1940. Dua belas tahun setelahnya, yakni pada tahun 1952 mulailah didirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Di tahun-tahun berikutnya, tak berselang lama pada tahun 1957 dan 1972 didirikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah NU Banat Kudus. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat menyekolahkan putrinya di sekolah berbasis gender dan Islami tersebut.
            Drs. Moh. Said menuturkan bahwa dengan homogenitas siswa ada beberapa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya sekolah lebih mudah dalam pengawasan dan meminimalisir permasalahan yang ada. Lain halnya dengan sekolah dengan hetergonitas jenis kelamin siswa. Dampak negatifnya, potensi dan bakat siswa cenderung lebih sedikit. Tidak selamanya seorang perempuan mampu mengikuti ajang olahraga berat seperti halnya kaum laki-laki. Meskipun begitu, Banat jarang absen dari berbagai kompetisi olahraga setingkat kabupaten hingga Nasional.





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakansuatuistilah yang digunakanuntukmenggambarkanperbedaanantaralaki-lakidanperempuansecarasosial.Gender adalahkelompokatributdanperilakusecarakultural yang adapadalaki-lakidanperempuan[8].
            Dalam deklarasai Hak-hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa :” Setiap orang berhak mendapatkan pengajaran, Pengajaran harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima serta rasa persahabatan antar semua bangsa, golongan-golongan kebangsaan, serta harus memajukkan kegiatan PBB dalam memelihara perdamaian dunia … “.
Dalamperspektif Islam, semua yang diciptakan Allah SWT berdasarkankudratnyamasing-masing.“Sesungguhnyasegalasesuatu Kami ciptakandenganqadar” (QS. Al-Qamar: 49).
B. Saran
            Dalam hal ini kami meminta masukan berupa kritik dan saran dari para pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna lagi, dan harapan kami makalah ini bermanfaat bagi penambambahan wawasan kita dalam dunia pendidikan agama islam ini.










DAFTAR PUSTAKA

Achmad Muthia’in. 2001. Bias Gender dalam Pendidikan. Surakarta: UMS.
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Elfi Muawanah. 2009. Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: TERAS
Moh, Roqib. 2003. Pendidikan Perempuan. Yogyakarta: Gama Media
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Universitas Indonesia Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. 2004



[1]Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi, (Universitas Indonesia Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2004), Hlm. 114
[2]Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004)  Hlm. 334
[3]Ibib , halaman 335
[4]Elfi Muawanah, Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 54
[5]Achmad Muthia’in, Bias Gender dalam Pendidikan, (Surakarta: UMS, 2001)

[6]Moh, Roqib, Pendidikan Perempuan, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), Hlm. 49
[7]gilangfebrisusanto.blogspot.com/.../konsep-gender-dal
[8]Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004)  Hlm. 334